ETIKA BISNIS
Sumber: https://majoo.id
Eyyo! Apa kabar kalian semua hari ini? Aku harap kalian semua baik ya. Sama seperti minggu sebelum-sebelumnya aku kali ini kembali dengan membawa materi baru yang pastinya bakal aku share disini supaya bisa bermanfaat buat kalian yang lagi baca blog ini. So, bahas apa nih kita minggu ini? Yaps, sesuai sama materi yang aku dapat dari matkul etika profesi minggu ini dari kampus tercinta, kali ini aku bakal sharing sama kalian tentang etika bisnis. Apaan tuh?
Pasti dari kalian sudah tidak asing lagi dengan yang namanya e-Commerce. Yup, seperti platform online shopping yang sering kita buka waktu lagi gabut, khususnya para ciwi-ciwi nih. Waktu kalian belanja dari platform itu, kalian pernah gak sih dapat barang yang gak sesuai sama deskripsi produknya? Misal beli sepatu, di katalognya kelihatan bagus banget gitu ya sangat menggoda iman. Tapi waktu udah di tangan kita kok malah jauh banget sama ekspektasi kita waktu beli? Yang warnanya beda lah, bahannya beda lah, ukurannya gak sesuai sama apa yang di deskripsi lah. Nah, tahu gak sih kalian kalau hal tersebut sebenarnya sudah termasuk dalam pelanggaran etika dalam berbisnis? Lalu, bagaimana cara supaya kita terhindar dari kejadian yang tidak diinginkan seperti contoh tersebut? Yuk disimak!
ETIKA BISNIS
Etika bisnis menurut Stanford Encyclopedia of Philosophy (2008) adalah suatu bentuk etika profesi yang mengatur prinsip etika dan masalah etika dalam lingkungan bisnis yang berlaku untuk semua aspek dalam bisnis mulai dari aspek produksi, distribusi, pemasaran, penjualan dan konsumsi barang dan jasa yang berasal dari individu, aturan organisasi, ataupun sistem hukum yang ada. Mengapa etika bisnis diperlukan dalam berwirausaha? Karena selain mempertaruhkan barang dan uang untuk keuntungan, juga mempertaruhkan nama, harga diri, bahkan nasib manusia yang terlibat. Bisnis merupakan bagian penting masyarakat yang membutuhkan etika agar mampu dijadikan pedoman bagi ppihak-pihak yang melakukannya. Etika bisnis juga mengajarkan bahwa bisnis yang berhasil tidak hanya bisnis yang mendapat keuntungan semata, melainkan bisnis yang etis dan memelihara hubungan yang baik antar manusia yang terlibat.
Sumber: https://stekom.ac.id
PRINSIP - PRINSIP ETIKA BISNIS
Sumber: https://www.wallstreetmojo.com
Etika bisnis umumnya didasarkan pada prinsip-prinsip moral dan nilai-nilai yang dianggap benar oleh masyarakat dalam konteks bisnis. Meskipun ada standar global seperti Pedoman Prinsip Bisnis dan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa, norma bisnis dapat bervariasi di berbagai budaya dan industri. Oleh karena itu, sementara ada pedoman umum, aturan etika bisnis dapat bervariasi dan berkembang sesuai dengan konteks sosial dan budaya tempat bisnis beroperasi.
- Prinsip otonomi. Kemampuan mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan kesadaran tentang apa yang baik untuk dilakukan dan bertanggung jawab secara moral atas keputusan yang diambil.
- Prinsip kejujuran. Bisnis tidak akan tahan lama jika tidak dilandasi kejujuran karena kejujuran merupakan kunci dari keberhasilan suatu bisnis.
- Prinsip keadilan. Taip orang dalam berbisnis harus mendapat perlakuan yang sesuai dengan haknya masing-masing dan tidak boleh ada yang dirugikan haknya.
- Prinsip saling menguntungkan atau simbiosis mutualisme.
- Prinsip integritas moral. Para pelaku bisnis harus menjaga nama baik pribadi dan perusahaan agar tetap dipercaya dan berintegritas tinggi.
PENERAPAN ETIKA BISNIS
- Tanggung jawab bisnis dari shareholders ke stakeholders
- Dampak ekonomis dan sosial dari bisnis menuju inovasi, keadilan, dan komunitas dunia
- Perilaku bisnis dari hukum yang tersurat ke semangat saling percaya
- Sikap menghormati aturan, interaksi profesional antara rekan kerja harus bertanggung jawab dan penuh rasa hormat. Perusahaan harus memastikan bahwa tempat kerja aman dan harmonis.
- Dukungan bagi perdagangan multilateral. Perusahaan perlu meminimalkan konflik kepentingan di tempat kerja. Persaingan yang berlebihan di dunia kerja dapat berakhir dengan bencana.
- Sikap hormat (memperhatikan) lingkungan alam.
- Menghindari operasi-operasi bisnis yang tidak etis. Cara terbaik untuk mendapatkan kepercayaan karyawan adalah dengan menjalin komunikasi yang transparan dengan mereka. Individu bertanggung jawab atas praktik tidak etis yang dilakukan perusahaan karena mereka tidak bersedia menjadi pelapor (whistle-blower).
- Taat hukum. Hukum perusahaan melindungi hak-hak setiap lapisan masyarakat. Segala bentuk diskriminasi tidak etis. Bias pribadi individu tidak boleh mempengaruhi pengambilan keputusan para pemimpin.
- Loyalitas dan kepatuhan. Perusahaan harus mematuhi semua peraturan dan ketentuan. Karyawan harus setia kepada organisasi dan menjunjung tinggi citra merek. Jika ada keluhan harus ditangani secara internal, tidaklah etis untuk membenarkan ketidakpatuhan dengan menafsirkan perjanjian secara tidak masuk akal.
- Informasi yang relevan. Penting untuk memberikan informasi yang dapat dipahami. Semua fakta yang relevan, baik positif maupun negatif, harus diungkapkan. Tidak etis menyembunyikan syarat dan ketentuan yang tidak masuk akal dalam cetakan kecil.
Penerapan etika bergantung pada nilai-nilai pribadi pemilik bisnis. Pada akhirnya, apa yang benar dan salah dalam sebuah perusahaan bergantung pada etika individu. Oleh karena itu, ketika manajemen memilih pemimpin, etika memainkan peran yang sangat besar. Orang-orang ini mewakili perusahaan. Manajemen pada akhirnya bertanggung jawab atas praktik tidak etis yang dilakukan oleh eksekutif atau karyawan.
Yang lebih penting lagi, terdapat pedoman pemerintah yang spesifik untuk industri mengenai kondisi kerja, keamanan produk, peringatan hukum, dan tanggung jawab sosial. Pedoman tersebut perlu diikuti demi kelancaran fungsi perusahaan. Budaya sosial berdampak pada etika; bisnis diharapkan untuk mengadopsi praktik sosial dan moral tertentu. Jika bisnis gagal mematuhi norma-norma sosial, mereka berisiko merusak citra merek, reputasi, dan kredibilitas.
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan adalah menghasilkan keuntungan tidak boleh mengorbankan masyarakat. Oleh karena itu, tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) telah menjadi praktik umum di mana bisnis berupaya untuk melindungi lingkungan, tujuan sosial, dan menyebarkan kesadaran. Kaitan antara etika bisnis dan CSR terletak dalam bagaimana perusahaan mengintegrasikan nilai-nilai etika dalam praktik CSR mereka. Perusahaan yang mengadopsi etika bisnis yang baik cenderung melibatkan diri dalam CSR dengan cara yang jujur, adil, dan bertanggung jawab. Dengan menggabungkan etika bisnis dalam CSR, perusahaan dapat menciptakan dampak positif yang berkelanjutan, membangun reputasi yang baik, dan memperoleh kepercayaan dari konsumen dan masyarakat.
DAMPAK ETIKA BISNIS
Etika bisnis yang kuat memiliki banyak pengaruh positif terhadap jalannya usaha. Berikut adalah beberapa dampak positif etika bisnis terhadap usaha:
- Reputasi yang Baik: Bisnis dengan etika bisnis yang baik cenderung memiliki reputasi yang baik di mata pelanggan, mitra bisnis, dan masyarakat. Reputasi yang baik dapat meningkatkan kepercayaan pelanggan dan memperluas pangsa pasar.
- Loyalitas Pelanggan: Pelanggan cenderung lebih setia terhadap bisnis yang dianggap etis karena mereka percaya bahwa produk atau layanan yang mereka beli diproduksi dengan standar yang tinggi dan adil.
- Pemenuhan Kebutuhan Pelanggan: Bisnis yang mematuhi etika bisnis cenderung lebih memperhatikan kebutuhan dan keinginan pelanggan, yang dapat meningkatkan kepuasan pelanggan dan membangun hubungan jangka panjang.
- Daya Tarik Karyawan: Etika bisnis yang kuat dapat menarik karyawan berkualitas tinggi yang ingin bekerja untuk perusahaan yang memiliki nilai-nilai dan prinsip etika yang sejalan dengan nilai mereka sendiri.
- Kerjasama dengan Mitra Bisnis: Bisnis yang dianggap etis lebih mungkin menarik mitra bisnis yang sejalan dengan nilai-nilai mereka, yang dapat membuka peluang kerjasama yang bermanfaat dan berkelanjutan.
- Dukungan dari Masyarakat: Etika bisnis yang baik dapat meningkatkan dukungan dari masyarakat dan pemerintah. Masyarakat akan mendukung bisnis yang berkontribusi positif pada komunitas mereka.
- Keberlanjutan Bisnis: Praktik bisnis yang etis mendukung keberlanjutan jangka panjang perusahaan. Dengan mematuhi aturan dan nilai-nilai etika, bisnis memiliki kemungkinan yang lebih baik untuk bertahan dalam jangka panjang.
- Ketahanan Terhadap Krisis: Bisnis yang berdasarkan etika bisnis yang kuat lebih mampu mengatasi krisis dan tantangan, karena mereka memiliki dasar yang kokoh dalam nilai-nilai moral dan integritas.
- Dukungan Keuangan dan Investasi: Bisnis dengan etika bisnis yang baik sering mendapatkan dukungan finansial dan investasi lebih mudah karena investor dan pemberi pinjaman lebih percaya pada integritas perusahaan tersebut.
- Pematuhan Regulasi: Praktik bisnis yang etis cenderung mematuhi regulasi dengan lebih baik, mengurangi risiko hukum dan penalti yang dapat merugikan bisnis.
Dengan demikian, etika bisnis bukan hanya menciptakan keuntungan jangka pendek, tetapi juga membangun dasar yang kokoh untuk pertumbuhan berkelanjutan dan keberhasilan jangka panjang sebuah bisnis.
CONTOH PELANGGARAN ETIKA BISNIS
Sumber: https://govtech.ksp.go.id
- Web Spoofing. Hacker membuat situs palsu yang hampir mirip dengan situs asli untuk menarik konsumen untuk memberikan nomor kartu kredit atau data penting lainnya.
- Cyber-squatting. Seseorang menggunakan nama domain milik organisasi terkenal, tujuannya untuk melanggar trademark. Kemudian memeras pemilik trademark aslinya dan mematok harga yang jauh lebih mahal. Biasanya menambahkan kata-kata yang merusak citra organisasi pemilik trademark tersebut.
- Privacy Invasion. e-Commerce membeli informasi individu seperti detail personal, shopping habit, dan pola kunjungan website. Kemudian dijual kepada perusahaan untuk pemasaran produk. Informasi pribadi “dicegat/interrupt” oleh pihak yang tidak seharusnya mengetahui informasi pribadi kita. Malware yang disisipkan melalui web yang merekam seluruh aktivitas konsumen pada website yang disimpan pada cookies.
- Online Piracy. Pembajakan online yang melanggar hak atas kekayaan intelektual seperti e-book, musik, video, dll.
- Email Spamming. Spamming melalui email yang pernah dimasukkan oleh konsumen, kemudian dijadikan sebagai "pasar" untuk mengiklankan produk secara berkala.
Pastinya hal-hal diatas tidak akan terjadi tanpa penyebab dari pelaku pelanggaran etika bisnis. Lalu apa sajakah penyebab-penyebab yang dapat menimbulkan adanya pelanggaran dalam etika bisnis?
- Keinginan Mendapatkan Keuntungan Maksimal: Dorongan untuk memaksimalkan keuntungan seringkali membuat pebisnis melanggar etika, seperti menipu pelanggan, melakukan pemalsuan, atau memotong sudut dalam produksi.
- Persaingan yang Ketat: Dalam persaingan yang ketat, ada tekanan untuk melakukan tindakan tidak etis guna memenangkan pasar, seperti merusak reputasi pesaing atau meniru produk tanpa izin.
- Ketidaksetaraan dan Kesenjangan Sosial: Ketidaksetaraan ekonomi dan kesenjangan sosial dapat membuat pebisnis merasa tidak memiliki pilihan selain melanggar etika untuk bertahan atau meraih kesuksesan.
- Kurangnya Pengawasan dan Penegakan Hukum: Kurangnya pengawasan dan penegakan hukum yang ketat dapat membuat pebisnis merasa bisa melanggar etika tanpa konsekuensi yang signifikan.
- Tekanan dari Pihak Lain: Tekanan dari pihak-pihak tertentu seperti investor, mitra bisnis, atau bahkan atasan, dapat mendorong pebisnis untuk melanggar etika demi memenuhi ekspektasi atau target tertentu.
- Kurangnya Kesadaran Etika: Beberapa pebisnis mungkin tidak memiliki pemahaman yang memadai tentang praktik bisnis yang etis atau tidak menyadari dampak negatif dari tindakan mereka.
- Ketidakstabilan Ekonomi: Dalam situasi ekonomi yang tidak stabil, pebisnis mungkin merasa terpaksa melanggar etika untuk menjaga kelangsungan bisnis mereka.
- Budaya Organisasi yang Buruk: Jika budaya organisasi tidak mendorong nilai-nilai etika dan integritas, karyawan mungkin cenderung melanggar etika bisnis.
- Ketidakpedulian terhadap Dampak Sosial: Beberapa pebisnis mungkin kurang peduli terhadap dampak sosial dan lingkungan dari tindakan bisnis mereka, sehingga mereka melanggar etika tanpa mempertimbangkan konsekuensinya.
- Ketidakkepatuhan terhadap Regulasi: Beberapa bisnis mungkin melanggar etika dengan sengaja tidak mematuhi regulasi yang ada, terutama jika mereka merasa bisa menghindari penalti atau konsekuensi hukum.
Penting bagi pemerintah, organisasi, dan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran tentang etika bisnis, menguatkan regulasi, dan mempromosikan nilai-nilai etika dalam dunia bisnis untuk mengurangi pelanggaran etika tersebut.
Okay, mungkin segini dulu ya materi dari aku kali ini. Semoga bermanfaat buat kalian, sampai jumpa di blog selanjutnya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar